PERANCANGAN
PENGOLAHAN SINYAL DIGITAL BERBASIS MIKROKONTROLER: SIMULASI RANGKAIAN ANALOG INSTRUMENTASI
PENGUKUR PULSE OXIMETRY
Theo
Gunawan (13215029)
Yoland
Nababan (13215053)
EL3014-Sistem Mikroprosesor
Program Studi Teknik Elektro - Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB
Abstrak
Setelah
melakukan simulasi menggunakan LTSpice dan pembuatan filter FIR, pada percobaan
ini rangkaian pulse oximeter sederhana yang telah dibuat disimulasikan secara
real-time. Rangkaian analog dibuat pada breadboard. Simulasi dilakukan
menggunakan osiloskop untuk dilihat keberjalanannya.
Kata
kunci: Pulse oximeter, simulasi real-time, breadboard
1.
Pendahuluan
Pulse-oximeter merupakan salah satu
instrumentasi yang digunakan di dunia medis. Pulse-oximeter dapat digunakan untuk memeriksa saturasi hemoglobin
dalam tubuh, dan bekerja dengan mendeteksi jari dan kemudian mengeluarkan
sinyal berdasarkan pembacaan jari tersebut. Setelah
melakukan simulasi menggunakan LTSpice dan pembuatan filter FIR, pada percobaan ini dibahas mengenai
implementasi rangkaian analog pulse-oximeter sederhana pada breadboard dan simulasinya.
2.
Studi Pustaka
Implementasi pulse-oxymeter
sederhana menggunakan tiga buah komponen, yaitu rangkaian preamplifier, low-pass filter,
dan final amplifier dengan low-pass filter. Sinyal input berasal
dari phototransistor.[1] Rangkaian lengkap dari pulse-oxymeter sederhana adalah sebagai berikut.
Gambar 2-1 Rangkaian lengkap pulse-oxymeter
Pada percobaan ini disimulasikan rangkaian analog menggunakan LPF biasa. Rangkaian LPF adalah sebagai berikut.
Gambar 2-2 Rangkaian LPF biasa
3.
Metodologi
3.1 Komponen dan Alat
- Rangkaian analog pulse-oximeter pada breadboard.
- Osiloskop.
3.2 Langkah-langkah Percobaan
- Menyalakan osiloskop dan memasang kabel pada komponen.
- Melakukan simulasi pada rangkaian analog.
Pada percobaan ini, dilakukan
pengujian pada sistem penguat pada sensor. Namun sebelum memasuki bagian
penguat sinyal, digunakan sistem sensor seperti pada gambar di bawah.
Gambar 4-1 Sistem sensor pada percobaan
Dapat
diamati bahwa untuk menjalankan sensor tersebut, digunakan 2 buah
nilai resistor. Resistor pertama yaitu resistor X2, digunakan untuk membatasi
arus yang mengalir pada LED. Sumber tegangan yang digunakan adalah sebesar 12V.
sementara LED yang digunakan adalah berwarna merah. Jika dipilih nilai resistansi yang cukup
besar, maka arus yang mengalir akan cukup kecil sehingga menghasilkan nyala LED
yang redup. Hal ini juga berlaku sebaliknya. Jika digunakan nilai resistansi
yang semakin kecil, maka akan menghasilkan nyala yang semakin terang. Akibatnya
sinyal output yang dihasilkan dari rangkaian sensor phototransistor akan
semakin besar.
Oleh karena itu digunakan
nilai resistor seminimal mungkin yang dapat membuat LED menghasilkan nyala paling
terang. Dari gambar di bawah, dapat diamati pengaruh dari sinyal output sensor
akan mengecil ketika digunakan resistansi yang semakin besar.
Gambar 4-2 Pengaruh dari sinyal output sensor saat resistansi sebesar 1 kOhm
Gambar 4-3 Pengaruh dari sinyal output sensor saat resistansi sebesar 200 Ohm
Sementara
untuk pemilihan nilai resistansi pada phototransistor, dilakukan pemilihan
nilai resistansi sebesar puluhan kiloOhm. Jika nilai resistansi terlalu kecil,
maka akan menghasilkan drain arus yang cukup besar ketika phototransistor
terpapar cahaya maksimum (saat jari tidak menyentuh bagian sensor). Drain arus
yang besar ini akan mengakibatkan peningkatan suhu baik pada phototransistor
dan juga resistor. Hal ini kurang disarankan karena dapat merusak komponen
sensor.
Oleh karena itu, dilakukan percobaan untuk
menguji nilai resistansi yang sesuai untuk menghasilkan sinyal yang lebih baik. Pada percobaan ini, digunakan 3 nilai yang berbeda. Ketiganya adalah
10 kOhm, 120 kOhm, serta 400 kOhm. Secara teori, nilai resistansi yang besar akan
menghasilkan output yang semakin besar pula. Hal ini disebabkan oleh karena
nilai hambatan yang cukup besar membuat nilai arus yang mengalir akan semakin
kecil. Ketika phototransistor terpapar cahaya, terjadi penambahan
arus pada rangkaian. Maka penambahan arus tersebut cenderung lebih besar jika
dibandingkan dengan kondisi yang terpapar cahaya yang redup. Akibatnya
perubahan tegangan output akan lebih signifikan. Lagipula karena resistor yang
digunakan cukup besar, ketika terjadi perubahan arus, walaupun sedikit, dihasilkan drop tegangan yang lebih signifikan jika dibandingkan dengan nilai
resistansi yang kecil. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil percobaan di bawah
dimana dapat diamati bahwa ketika digunakan resistansi yang semakin besar, akan
dihasilkan output yang semakin besar.
Gambar 4-4 Output saat resistansi sebesar 10 kOhm (skala 20 mV/div)
Gambar 4-5 Output saat resistansi sebesar 120 kOhm (skala 100 mV/div)
Gambar 4-6 Output saat resistansi sebesar 400 kOhm (skala 500 mV/div)
Kemudian
dilakukan pengujian untuk melihat bagaimana pengaruh dari penguatan sinyal.
Untuk simulasi ini, dilakukan beberapa perubahan pada desain penguat dan filter
dari versi yang sebelumnya. Karena sinyal dari sensor terlalu kecil, maka
dilakukan penambahan 1 buah stage untuk melakukan penguatan. Penguatan yang
dilakukan sebanyak 33 kali dan ada 2 buah stage sehingga kira kira menghasilkan
penguatan sebesar 1000 kali. Desainnya dapat diamati pada gambar di bawah.
Gambar 4-7 Desain setelah ditambah stage penguatan
Pada design pengondisi sinyal ini, bagian DC sinyal
dihilangkan terlebih dahulu menggunakan kapasitor, kemudian masuk ke bagian
penguat. Proses ini dilakukan sebanyak
dua kali sehingga sinyal dari sensornya cukup besar. Pada desain sebelumnya
dilakukan filtering terlebih dahulu pada sinyal. Namun hal ini kurang sesuai
karena pada kenyataannya, sinyal informasi akan semakin mengecil dan semakin
susah untuk diperbesar. Oleh karena itu, sinyal terlebih dahulu diperbesar yang
kemudian pada bagian akhir akan dilakukan filtering untuk sinyal frekuensi
tinggi. Filter yang digunakan adalah filter Low Pass Filter. Untuk hasil penguatan
2 stage, dapat diamati pada gambar di bawah dan video terlampir.
Gambar 4-8 Hasil penguatan 2 stage (1 V/div)
Dapat diamati bahwa sinyal input sudah dapat diperbesar sehingga dapat
diamati dalam orde 1V. namun dapat dilihat pada gambar tersebut bahwa sinyal
kelihatan seperti berbayangan. Hal ini disebabkan karena noise yang ada pada
rangkaian pengondisi sinyal tersebut. jika skala waktunya diubah, dapat diamati
bahwa hasil output sinyal adalah sinyal sinusoidal dengan frekuensi 50Hz
(seperti pada di gambar). Sinyal noise ini bersumber dari frekuensi jala-jala.
Oleh karena itu, dibutuhkan rangkaian filter untuk menghilangkan noise
tersebut.
Gambar 4-9 Noise jala-jala
Kemudian sinyal dilewatkan pada stage akhir yaitu stage untuk
filter, namun filter ini belum dapat menghasilkan sinyal output yang sesuai
dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, untuk bagian LPF, digunakan rangkaian
filter biasa menjadi seperti pada gambar di bawah.
Gambar 4-10 Rangkaian filter
Frekuensi cut offnya dihitung dengan persamaan di bawah,
menghasilkan nilai 7.23 Hz.
Dengan
menggunakan rangkaian ini, akan menghasilkan fungsi transfer yang lebih landai
jika dibandingkan dengan menggunakan filter LPF Sallen-Key seperti pada gambar
di bawah (LPF Sallen-Key(Hijau); LPF biasa (Biru)).
Gambar 4-11 Fungsi transfer dengan LPF biasa dibandingkan LPF Sallen-Key
Walaupun
fungsi transfer lebih landai, filter ini berhasil mengurangi noise pada
frekuensi tinggi.
Oleh
karena itu, didapatkan output sinyal oximeter yang sudah diperkuat dan
difilter. Video demonstrasi dapat dilihat pada gambar di bawah. Namun dapat
diamati bahwa nilai output nya cukup kecil namun masih dapat dibedakan. sinyal
outputnya bernilai kurang lebih 0.3V dengan DC offset sebesar 6 V (dapat
diamati pada video simulasi). Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa sinyal
oximeter sudah dapat dihasilkan dan diperkuat menjadi sinyal yang lebih besar.
5.
Kesimpulan
Dari
hasil percobaan ini dapat disimpulkan:
- Simulasi terhadap rangkaian analog pulse-oximeter telah berhasil dengan baik.
Daftar Pustaka
[1] Ihsan
Hariadi, Percobaan Awal Instrumen
Pulse-Oxymeter Sederhana – versi 0.0, https://www.youtube.com/watch?v=hD5Phpbus1o,
diakses 10 April 2018, 22.31.
No comments:
Post a Comment